MAKALAH
SENI RUPA & KERAJINAN
MANUSIA & KEBUDAYAAN,
PENGERTIAN SENI, KONSEP KEINDAHAN
![]() |
Nama Kelompok 1:
1) Eni
Suhartinengseh
2) Niken Anjarwati
3) Anas Tasya Maria
Puspitasari
4) Denik
Puspitarini
5) Wahyu Agustiro
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH
DASAR
STKIP PGRI TULUNGAGUNG
Jl. Mayor Sujadi Timur No 7 , Tulungagung
66221
Telepon : 0355-321426
2015
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT.
Karena atas rahmat dan hidayah-Nya makalah ini bisa diselesaikan sesuai dengan
yang diharapkan. Makalah ini selain ditulis untuk memenuhi salah satu tugas
yang diajukan oleh dosen pembimbing juga untuk menambah pengetahuan penyusun
dibidang seni rupa dan kerajinan.
Dalam makalah ini disajikan beberapa pembahasan mengenai
Manusia dan kebudayaan, pengertian seni,
dan konsep keindahan namun terlepas dari itu dalam penyusunan makalah ini masih terdapat banyak
sekali kekurangan baik dari segi materi, penulisan, maupun kata-kata. Oleh karena itu dengan segala kerendahan kami sangat
mengharapkan kritikan dan saran yang bersifat konstruktif untuk memperbaiki
tulisan-tulisan selanjutnya.
Kami
juga haturkan banyak terimakasih kepada pihak yang bersangkutan terutama dosen pembimbing yang memberikan kepercayaan
kepada kami untuk membuat makalah ini,
semoga makalah ini bermanfaat khususnya bagi kami umumnya bagi para pembaca.
Tulungagung, 06
Oktober 2015
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia
terkenal dengan keragaman budayanya. Manusia dan kebudayaan adalah satu hal
yang tidak bisa di pisahkan karena di mana manusia itu hidup dan menetap pasti
manusia akan hidup sesuai dengan kebudayaan yang ada di daerah yang di
tinggalinya. Manusia merupakan makhluk sosial yang berinteraksi satu sama lain
dan melakukan suatu kebiasaan-kebiasaan yang terus mereka kembangankan dan kebiasaan-kebiasaan tersebut akan menjadi
kebudayaan. Setiap manusia juga memiliki kebudayaan yang berbeda-beda, itu
disebabkan mereka memiliki pergaulan sendiri di wilayahnya sehingga manusia di
manapun memiliki kebudayaan yang berbeda masing-masing. Perbedaan kebudayaan
disebabkan karna perbedaan yang dimiliki seperti faktor Lingkungan, faktor
alam, manusia itu sendiri dan berbagai faktor lainnya yang menimbulkan
Keberagaman budaya tersebut Seiring dengan berkembangnya teknlogi informasi dan
komunikasi yang masuk ke Indonesia diharapkan dapat dapat memberikan pengaruh
yang positif terhadap kebudayaan masing – masing daerah, karena kebudayaan
merupakan jembatan yang menghubungkan dengan manusia yang lain.
Seni pada mulanya proses dari
manusia, dan oleh karena itu merupakan sinonim dari ilmu. Dewasa ini, seni bisa dilihat dalam
intisari ekspresi dari kreativitas
manusia. Seni juga dapat diartikan dengan sesuatu yang diciptakan manusia yang
mengandung unsur keindahan. Seni sangat sulit untuk dijelaskan dan juga sulit
dinilai. Bahwa masing-masing individu artis memilih sendiri peraturan dan
parameter yang menuntunnya atau kerjanya, masih bisa dikatakan bahwa seni
adalah proses dan produk dari memilih medium, dan
suatu peraturan untuk penggunaan medium itu.
Kata
keindahan berasal dari kata indah, artinya bagus, permai, cantik, elok, molek,
dan sebagainya. Benda yang mempunyai sifat indah ialah segala hasil seni,
pemandangan alam, manusia, rumah, tatanan, perabot rumah tangga, suara, warna,
dan sebaginya. Kawasan keindahan bagi manusia sangat luas, seluas
keanekaragaman manusia dan sesuai pula dengan perkembangan peradaban teknologi,
sosial, dan budaya. Karena itu keindahan dapat dikatakan, bahwa keindahan
merupakan bagian hidup manusia. Keindahan tak dapat dipisahkan dari kehidupan
manusia.
Dimanapun
kapan pun dan siapa saja dapat menikniati keindahan. Keindahan adalah identik
dengan kebenaran. Keindahan kebenaran dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya
mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tank yang selalu
bertambah. Yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Karena 1 itu
tiruan lukisan Monalisa’tidak indah, karena dasamya tidak benar. Sudah tentu
kebenaran disini bukan kebenaran ilmu, melainkan kebenaran menurut konsep seni.
Dalam seni, seni berusaha memberikan makna sepenuh-penuhnya mengenai obyek yang
diungkapkan. Keindahan juga bersifat universal, artinya tidak terikat oleh
selera perseorangan, waktu dan tempat, selera mode, kedaerahan atau lokal.
B.
Rumusan Masalah
Beberapa
masalah yang ada kaitannya dengan Manusia dan Kebudayaan, Pengertian Seni dan
Konsep Keindahan adalah sebagai berikut:
1.
Apa pengertian
Manusia dan Kebudayaan ?
2.
Apa Pengertian Seni ?
3.
Apa pengertian
Konsep Keindahan ?
C. Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian Manusia dan Kebudayaan.
2.
Untuk mengetahui pengertian Seni menurut para ahli.
3.
Untuk mengetahui pengertian Konsep Keindahan.
BAB II
PEMBAHASAN
1. Pengertian Manusia dan Kebudayaan
Manusia
sebagai mahluk ciptaan Tuhan memiliki segala kelebihan dan kesempurnaan, yang
sangat berbeda dengan binatang. Binatang berkembang dari masa ke masa secara
statis, alamiah, dan dengan perilaku yang naluriah. Manusia berkembang secara
dinamis, bergerak dan berubah dari waktu ke waktu karena sejalan dengan
perkembangan akal, budi, dan dayanya. Oleh karena itu manusia disebut sebagai
mahluk budaya. Mahluk yang menggunakan akal (rasio) dalam berpikir untuk
mengembangkan kehidupannya.
Ketika dilahirkan di muka
bumi, manusia dalam keadaan lemah dan tidak berdaya. Ketidakberdayaan
manusia ketika dilahirkan tampak dari keharusannya untuk belajar dan
beradaptasi terhadap alam dan lingkungannya. Hal ini berbeda dengan makhluk
hewan yang telah siap hidup dalam alam lingkungannya tanpa harus melalui proses
belajar dan adaptasi yang lama. Dalam proses menuju kesempurnaannya, makhluk
manusia memerlukan berbagai upaya untuk dapat mempertahankan hidupnya. Upaya yang
dilakukan manusia itu merupakan suatu pemanfaatan sejumlah kemampuan yang
dimilikinya. Kemampuan manusia tersebut di antaranya kemampuan otak yang dapat
mengembangkan proses berpikir atau berakal budi. Kemampuan berakal budi pada
manusia tidak dimiliki jenis makhluk lainnya, sehingga manusia disebut juga
sebagai makhluk berakal budi atau makhluk berpikir. Dengan kemampuan berpikir,
manusia dapat mengembangkan sistem-sistem yang dapat membantu mempertahankan
kehidupannya. Sistem-sistem tersebut adalah sistem bahasa, sistem pengetahuan,
sistem organisasi sosial, sistem teknologi, sistem mata pencaharian, sistem
religi, dan kesenian). Keseluruhan sistem tersebut dinamakan kebudayaan
(Koentjaraningrat, 1990:98).
Keseluruhan sistem tersebut
mewujudkan beragam bentuk dan medium yang artifisial, sehingga dalam
kehidupannya manusia berhadapan dengan realitas baru yaitu dunia simbol.
Menurut Ernst Cassirer (1990) manusia tidak
hanya hidup dalam dunia fisik, tetapi hidup dalam dunia simbolis. Bahasa, mite, seni dan agama adalah bagian-bagian dunia simbolis itu. Cassirer juga menegaskan bahwa manusia selain memiliki kemampuan sistem berpikir, juga memiliki kemampuan sistem simbolis. Dengan sistem ini manusia mengembangkan pemikiran simbolis dan perilaku simbolis sebagai ciri khas manusiawi -yang berbeda dengan binatang. Hal ini terbukti karena manusia membuat dan menggunakan simbol dalam kehidupannya. Kehidupan budaya manusia dengan kekayaan dan ragamnya adalah bentuk-bentuk simbolis. Perkembangan kebudayaan manusia di dunia ini berkaitan erat dengan kemajuan sistem simbolis manusia.
hanya hidup dalam dunia fisik, tetapi hidup dalam dunia simbolis. Bahasa, mite, seni dan agama adalah bagian-bagian dunia simbolis itu. Cassirer juga menegaskan bahwa manusia selain memiliki kemampuan sistem berpikir, juga memiliki kemampuan sistem simbolis. Dengan sistem ini manusia mengembangkan pemikiran simbolis dan perilaku simbolis sebagai ciri khas manusiawi -yang berbeda dengan binatang. Hal ini terbukti karena manusia membuat dan menggunakan simbol dalam kehidupannya. Kehidupan budaya manusia dengan kekayaan dan ragamnya adalah bentuk-bentuk simbolis. Perkembangan kebudayaan manusia di dunia ini berkaitan erat dengan kemajuan sistem simbolis manusia.
Manusia sebagai makhluk
yang berkebudayaan tidak bisa lepas dengan kehidupan manusia yang lain. Hal ini
berarti bahwa manusia dalam mempertahankan hidupnya memerlukan interaksi dengan
sesama dan lingkungannya. Interaksi manusia dalam suatu masyarakat akan
berkembang menjadi salah satu kebutuhan (sosial), karena setiap manusia
senantiasa memerlukan keberadaan manusia yang lain. Dengan demikian, manusia
selain sebagai makhluk budaya juga makhluk sosial.
Kelompok manusia yang
terorganisir dalam suatu masyarakat mengembangkan kemampuan berpikirnya untuk
menciptakan kebudayaan. Sehingga kebudayaan yang diciptakan masyarakat
sebenarnya akan merupakan sistem pengetahuan dan kepercayaan manusia yang
disusun sebagai pedoman manusia dalam mengatur pengalamannya dan persepsi
manusia untuk menentukan tindakan dan juga untuk memilih di antara alternatif
yang ada (Kessing, 1981:68).
Salah satu unsur
(subsistem) kebudayaan yang hidup di masyarakat adalah kesenian. Jika
kebudayaan dipandang sebagai sistem pengetahuan atau sistem gagasan, maka
konsekuensi logisnya kesenian merupakan sistem pengetahuan, nilai-nilai dan
gagasan yang merujuk pada nilai keindahan. Kesenian yang berkembang dalam suatu
kebudayaan masyarakat memiliki nilai- nilai yang bersifat universal. Artinya,
bahwa kesenian dapat dipolakan secara sama.
Kesenian merupakan
perwujudan dari ekspresi perasaan manusia. Manusia sebagai pencipta seni
mengungkapkan perasaannya melalui beragam medium seni, dan karya seni merupakan
suatu bentuk perwujudannya. Dalam konteks kesenian, ada tiga unsur pokok yang
saling berkaitan yaitu pencipta seni (seniman), penikmat seni (masyarakat), dan
karya seni (artifak).
Pencipta seni (seniman)
-sebagai bagian dari masyarakat- merefleksikan kehidupan alam, masyarakat dan
kebudayaannya dalam wujud karya seni yang sangat beragam, dan unik. Keragaman
dan keunikan sebagai akibat dari keragaman kondisi alam, masyarakat dan
kebudayaannya.
Suatu kesenian akan dapat berkembang
karena didukung oleh masyarakatnya. Masyarakat berperan sebagai penikmat yang
merasakan dampak seni bukan dari perasaan atau pengertiannya tetapi dari
imajinasinya. Setiap masyarakat memiliki bentuk kesenian yang berbeda karena
masyarakat juga berbeda-beda. Kesenian yang berkembang pada kelompok masyarakat
perkotaan berbeda dengan masyarakat pedesaan. Kesenian masyarakat modern
berbeda pula dengan masyarakat tradisional. Perbedaan tersebut disebabkan
antara lain oleh sistem nilai, kondisi alam dan lingkungan, serta tatanan
sosial- budayga.
Karya seni anak-anak juga
dapat dikelompokkan ke dalam karya seni, walaupun ketegasan mengenai seni
anak-anak baru dibicarakan dalam wacana pendidikan seni. Artinya bahwa ada
semacam dua paradigma dalam kenyataan seni orang dewasa dan seni anak-anak.
Atau hal ini mungkin disebabkan oleh pernyataan yang menegaskan bahwa semua
anak itu "seniman" atau manusia kreatif, yang memiliki kebakatan
universal dalam masa petumbuhan psikologis anak-anak.


Contoh karya seni lukisan anak
2. Pengertian Seni
Pengertian seni: Kata seni berasal
dari bahasa sansekerta sani yang memiliki makna pemujaan, persembahan, dan
pelayanan. Sedangkan pengertian seni secara garis besar adalah sesuatu yang
dibuat dan diciptakan oleh manusia yang mempunyai unsur keindahan dan estetika.

![]() |
Herbert Read menyatakan bahwa istilah 'art pada umumnya dihubungkan dengan bagia seni yang biasa ditandai dengan istilah'plastiC atau 'visual', tetapi semestinya di dalamnya termasuk pula seni sastra dan seni musik.
Contoh karya seni
rupa zaman prasejarah di Indonesia
Sesungguhnya memang terdapat ciri-ciri
tertentu yang dapat menandai semua cabang seni, dan sekalipun dalam catatan ini
kita hanya berurusan denan seni plastis (seni rupa), namun suatu definisi yang
berlaku umum terhadap semua cabang seni akan merupakan suatu titik tolak yang
baik bagi penjelajahan kita.
Schopenhauer
adalah orang pertama yang menyatakan bahwa semua cabang seni bersumber pada
kondisi seni musik; pernyataan ini sering disebut- sebut, sehingga menyebabkan
sebagian besar kesalahtafsiran, namun sebenarnya ia mengungkapkan suatu
kebenaran yang penting. Sesungguhnya Schopenhauer berpikir tentang kualitas
abstrak dari seni musik, dan hampir hanya dalam seni musik saja seorang seniman
memiliki kemungkinan untuk menarik perhatian publik secara langsung, tanpa
intervensi medium komunikasinya yang sering juga dipakai untuk maksud-maksud
lain.
Dalam
hal ini kita dapat mengambil beberapa contoh. Seorang Penyair mesti menggunakan
kata-kata yang berhubungan erat dengan maknanya dalam dialog sehari-hari.
Seorang pelukis biasanya berekspresi dengan pengambaran keadaan dunia ini.
Hanya
seorang komponis musiklah yang betul-betul bebas menciptakan karya seni sesuai
dengan kesadarannya sendiri, dan dengan tiada tujuan lain kecuali untuk dapat
menyenangkan.
Tetapi
sebenarnya semua seniman mempunyai tujuan yang sama, ialah untuk menyenangkan,
dan secara sederhana Herbert Read menyimpulkan bahwa seni adalah suatu usaha
untuk menciptakan bentuk-bentuk yang menyenangkan.
Bentuk
yang menyenangkan berarti memuaskan kesadaran keindahan kita. Rasa indah itu
tercapai bila kita bisa menemukan kesatuan atau harmoni dari hubungan
bentuk-bentuk yang kita amati. Definisi ini menyatakan pandangan dari segi
kebentukan fisik (obyektivitas).
Definisi
seni yang sederhana dan sering dilontarkan oleh publik secara umum ialah segala
macam keindahan yang diciptakan manusia. Orang memandang bahwa seni merupakan
karya keindahan yang menimbulkan kenikmatan. Kenikmatan meliputi aspek kepuasan
jasmani-rohani, yang muncul setelah terjadi respon kepuasan dalam jiwa manusia,
baik sebagai pencipta (kreator) ataupun penikmat (apresiator).
Kesenian
tradisional kita, misalnya gamelan, merupakan paduan suara (nada) yang indah
yang mengenakkan telingan (pendengaran). Hiasan ukiran pada suatu dinding kamar
memberikan kesemarakan pandangan mata. Tarian Sunda yang lembut dan gemulai
juga menyejukkan rasa, setelah kita menikmati dan menghayatinya.
Kini
persoalan seni adalah keindahan tidak selamanya bertahansebagai
satu-satunya definisi. Dalam seni kontemporer (termasuk seni modern) yang
dihasilkan seniman tidak hanya karya yang indah, tetapi juga karya yang tidak
indah dan tidak menyenangkan. Banyak karya seni kini lahir justru bukannya
menyenangkan, tetapi memberikan berbagai persoalan yang rumit (sebagai problem
kehidupan). Tema dalam seni tumbuh dari manifestasi kesengsaraan, kemelaratan
kekacauan atau bahkan protes sosial, dengan berbagai teknik dan Karya Seni
Lukis Dinding Gua (Cave Painting), Zaman Prasejarah di Indonesia.


Contoh Karya Seni Lukis pada Dinding Gua Zaman Prasejarah


Jika menonton atau menikmati karya seni teater atau musik kontemporer, serasa kita digelitik perasaan, atau dikuras pemikiran kita untuk berupaya menelusuri alur cerita yang absurd (tidak mudah dimengerti, atau tidak berujung pangkal). Kadang-kadang juga dihadapkan pada rangsangan interpretasi (penafsiran) isi/ bentuk seni yang sedang atau sudah kita nikmati.
Contoh
metode penciptaan yang eksperimental dan bernuansa ekspresif dalam berbagai
bentuk ungkapan.
Definisi
seni yang lain dapat dijumpai dalam Everyman Encyclopedia, yaitu
bahwa seni merupakan segala sesuatu yang dilakukan orang bukan atas dorongan
kebutuhan pokoknya, melainkan adalah apa saja yang dilakukannya semata-mata
karena kehendak akan kemewahan, kenikmatan, ataupun karena kebutuhan spiritual.
Sendok dibuat untuk memenuhi kebutuhan pokok, sebagai alat makan. Maka sendok
bukanlah karya seni menurut definisi tersebut. Masih banyak karya (benda) yang
lain yang kita jumpai, misalnya rumah, pakaian penutup aurat, dan barang yang
digunakan untuk kebutuhan pokok hidup kita, yang bukan seni. Yang seni yaitu
alat musik gamelan, ukiran kayu, dan lain-lain sejenisnya. Pakaian kita sebagai
penutup aurat yang dibuat bukan hanya sebagai penutup atau pelindung fisik,
tetapi si perancang (pembuat pakaian) berusaha memperindah motif serta modelnya
dengan tujuan untuk menghias pakaian tersebut, tentu saja hiasan atau model
pakaian itu 

merupakan karya seni.


merupakan karya seni.
Kapak Bahu, Karya Kria/Kerajinan Zaman
Prasejarah: Berfungsi sebagai Perkakas Sehari-hari
Ki
Hajar Dewantara seorang tokoh Pendidikan Nasional kita telah membuat definisi
seni sebagai berikut: "Seni adalah perbuatan manusia yang timbul dari
hidup perasaannya dan bersifat indah, hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan
manusia yang lain, yang menikmati karya seni tersebut" (Ki Hajar
Dewantara, 1962:330).
Definisi
Ki Hajar Dewantara tersebut sejalan dengan pemikiran Leo Tolstoy yang
menyatakan bahwa seni memiliki proses 'transfer offeeling', atau
pemindahan perasaan dari si pencipta ke penikmat seni. Dalam hal ini seni
merupakan suatu sarana komunikasi perasaan manusia (Tolstoy, 1960:51).
Definisi
yang lain, dari pernyataan Akhdiat Kartamiharja, yang menekankan bahwa seni
merupakan kegiatan psikis (rohani) manusia yang merefleksi kenyataan
(realitas). Karena bentuk dan isi karya tersebut memiliki daya untuk
membangkitkan atau menggugah pengalaman tertentu dalam alam psikis (rohani) si
penikmat atau apresiator. Bila ditelaah, definisi tersebut mengetengahkan
peranan jiwa dalam proses berkarya seni dan karya seni itu sendiri. Seniman
yang melukis (menggambar) hanya dengan menggerakkan tangan saja (aktivitas
fisik), namun tidak melibatkan jiwa (ekspresi emosi), maka karyanya belum dapat
dinamakan seni.
Ahli
seni dan filsuf berkebangsaan Amerika, Thomas Munro, mendefinisikan seni
sebagai alat buatan manusia yang menimbulkan efek-efek psikologis atas manusia
lain yang melihatnya. Efek tersebut mencakup tanggapan-tanggapan yang berujud
pengamatan, pengenalan, imajinasi, yang rasional maupun emosional (Munro,
1963:19). Kedua definisi terakhir tersebut di atas memberikan pernyataan yang
sama, yaitu seni sebagai kegiatan psikis (rohani) atau merupakan manifestasi
jiwa.
Sudjojono,
seorang pelukis zaman revolusi kemerdekaan Indonesia, yang dianggap sebagai
pendobrak tradisi seni lukis pemandangan alam, juga menyatakan bahwa seni
adalah produk ekspresi jiwa. Seni tanpa jiwa ibarat masakan tanpa garam. Isi
karya seni yang hidup tercermin dari kandungan psikis/jiwanya (Yuliman, 1976:9-10).

![]() |
Popo Iskandar, pelukis akademis, yang pengabdiannya pada dunia seni lukis dan pendidikan seni rupa telah cukup lama, menyatakan bahwa seni merupakan ekspresi yang dikongkritkan dalam kesadaran hidup berkelompok atau bermasyarakat.
Contoh
Karya Seni Lukis Baru Indonesia,” Popo Iskandar:
Karya
seni juga memiliki nilai sosial. Kehadiran seni didukung oleh adanya komunikasi
antara masyarakat dengan pencipta (seniman). Ekspresi seni yang terwujud
menjadi karya seni yang merupakan sarana komunikasi dan dalam upaya
berinteraksi sosial. Mustahil karya seni dikatakan keberadaannya tanpa dukungan
masyarakat penikmat (apresiator). Justru proses berkesenian merupakan satu
kesatuan antar unsur pencipta dan penikmat, hingga terjadi intteraksi
apresiatif.
Dalam
Kamus Besar Bahasa Indonesia, seni diartikan sebagai keahlian membuat karya
yang bermutu (dilihat dari segi kehalusannya, keindahannya, dan sebagainya)
(Depdikbud, 1989:816).
Masih
banyak definisi dari para pakar seni, seniman, guru seni ataupun masyarakat penikmat
seni. Secara sementara kita dapat menyusun sendiri definisi seni yang didasari
oleh berbagai definisi sebelumnya.
Seni
ialah ekspresi perasaan manusia yang dikongkritkan, untuk mengkomunikasikan
pengalaman batinnya kepada orang lain (masyarakat penikmat) sehingga merangsang
timbulnya pengalaman batin pula kepada penikmat yang menghayatinya. Seni lahir
karena upaya manusia dalam memahami kehidupan ini, baik kehidupan sosial,
ekonomi, alam, dan sebagainya. Ekspresi tersebut dikongkritkan melalui media gerak
(tari), suara (musik), rupa, dan penggabungan/peleburan berbagai media akan
melahirkan kesatuan estetik. Media berekspresi seni rupa meliputi bentuk,
warna, bidang, garis, barik/tekstur, dan unsur-unsur estetik.
C.
Konsep Keindahan
Ide terpenting dalam sejarah
estetika filsafati sejak zaman Yunani Kuno sampai abad 18 ialah masalah yang
berkaitan dengan keindahan (beauty). Persoalan yang digumuli oleh
para filsuf ialah "Apakah keidahan itu?".
Menurut asal katanya,
"keindahan" dalam perkataan bahasa Inggris: beautiful (dalam
bahasa Perancis beau, sedang Italia dan Spanyol bello yang
berasal dari kata Latin bellum. Akar katanya adalahbonum yang
berarti kebaikan, kemudian mempunyai bentuk pengecilan menjadi bonellum dan
terakhir dipendekkan sehingga ditulis bellum. Menurut cakupannya
orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kwalita abstrak dan
sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk perbedaan ini dalam bahasa
Inggris sering dipergunakan istilah beauty (kendahan) dan the
beautifull (benda atau hal yang indah). Dalam pembahasan filsafat, kedua
pengertian itu kadang-kadang dicampuradukkan saja.
Selain itu terdapat pula perbedaan
menurut luasnya pengertian yaitu:
a. Keindahan
dalam arti yang luas.
b. Keindahan
dalam arti estetis murni.
c. Keindahan
dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan.
Keindahan dalam arti yang
luas, merupakan pengertian semula dari bangsa Yunani, yang di dalamnya
tercakup pula ide kebaikan. Plato misalnya menyebut tentang watak yang indah
dan hukum yang indah, sedang Aristoteles merumuskan keindahan sebagai sesuatu
yang selain baik juga menyenangkan. Plotinus menulis tentang ilmu yang indah
dan kebajikan yang indah. Orang Yunani dulu berbicara pula mengenai buah
pikiran yang indah dan adat kebiasaan yang indah. Tapi bangsa Yunani juga
mengenal pengertian keindahan dalam arti estetis yang
disebutnya symmetria ntuk keindahan berdasarkan penglihatan (misalnya
pada karya pahat dan arsitektur) dan 'harmonia' untuk keindahan berdasarkan
pendengaran (musik). Jadi pengertian keindahan yang seluas-luasnya meliputi: -
keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral,
keindahan
intelektual. Keindahan dalam arti estetika murni,menyangkut pengalaman
estetis dari seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu yang
dicerapnya. Sedang keindahan dalam arti terbatas, lebih disempitkan
sehingga hanya menyangkut benda-benda yang dicerap dengan penglihatan, yakni
berupa keindahan dari bentuk dan warna secara kasat mata.
Pembagian dan pembedaan terhadap
keindahan tersebut di atas, masih belum jelas apakah sesungguhnya keindahan
itu. Ini memang merupakan suatu persoalan fisafati yang jawabannya
beranekaragam. Salah satu jawaban mencari ciri-ciri umum yang pada semua benda
yang dianggap indah dan kemudian menyamakan ciri-ciri atau kwalita hakiki itu
dengan pengertian keindahan. Jadi keindahan pada dasarnya adalah sejumlah
kwalita pokok tertentu yang terdapat pada sesuatu hal. Kwalita yang paling
sering disebut adalah kesatuan (unity), keselarasan (harmony),kesetangkupan (symmetry), keseimbangan (balance) dan
perlawanan (contrast).
Ciri-ciri pokok tersebut oleh ahli
pikir yang menyatakan bahwa keindahan tersusun dari pelbagai keselarasan dan
perlawanan dari garis, warna, bentuk, nada dan kata-kata. Ada pula yang
berpendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang
selaras dalam suatu benda dan diantara benda itu dengan si pengamat. Seorang
filsuf seni dewasa ini dari Inggris bernama Herbert
Read dalam (The Meaning of Art)merumuskan definisi bahwa keindahan adalah
kesatuan dari hubungan-hubungan bentuk yang terdapat diantara
pencerapan-pencerapan inderawi kita (beauty is unity of formal
relations among our sense-perceptions).
Sebagian filsuf lain menghubungkan
pengertian keindahan dengan ide kesenangan (pleasure). Misalnya kaum
Sofis di Atena (abad 5 sebelum Masehi) memberikan batasan keindahan sebgai
sesuatu yang menyenangkan terhadap penglihatan atau
pendengaran (that which is pleasant to sight or
hearing). Sedang filsuf Abad Tengah yang terkenal Thomas Aquinas (1225-1274)merumuskan
keindahan sebagai id quod visum placet (sesuatu yangmenyenangkan bila
dilihat).
Masih banyak definisi-definisi
lainnya yang dapt dikemukakan, tapi tampaknya takkan memperdalam pemahaman
orang tentang keindahan, karena berlain-lainannya perumusan yang diberikan oleh
masing-masing filsuf. Kini para ahli estetik umumnya berpendapat bahwa membuat
batasan dari istilah seperti 'keindahan' atau 'indah' itu merupakan problem
semantik modern yang tiada satu jawaban yang benar. Dalam estetik modern orang
lebih banyak berbicara tentang seni dan pengalaman estetis, karena ini bukan
pengertian abstrak melainkan gejala sesuatu yang konkrit yang dapat ditelaah
dengan pengamatan secara empiris dan penguraian yang sistematis. Oleh karena
itu mulai abad 18 pengertian keindahan kehilangan kedudukannya. Bahkan menurut
ahli estetik Polandia Wladyslaw Tatarkiewicz, orang jarang menemukan konsepsi
tentang keindahan dalam tulisan-tulisan estetik dari abad 20 ini.
![]() |

![]() |

Contoh Karya
Seni Rupa Baru Indonesia, “Affandi”
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Manusia
sebagai mahluk ciptaan Tuhan memiliki segala kelebihan dan kesempurnaan, yang
sangat berbeda dengan binatang. Manusia berkembang secara dinamis, bergerak dan
berubah dari waktu ke waktu karena sejalan dengan perkembangan akal, budi, dan
dayanya. Oleh karena itu manusia disebut sebagai mahluk budaya. Mahluk yang
menggunakan akal (rasio) dalam berpikir untuk mengembangkan kehidupannya.
Kemampuan berakal budi pada manusia tidak dimiliki jenis makhluk lainnya,
sehingga manusia disebut juga sebagai makhluk berakal budi atau makhluk
berpikir. Dengan kemampuan berpikir, manusia dapat mengembangkan sistem-sistem
yang dapat membantu mempertahankan kehidupannya. Sistem-sistem tersebut adalah
sistem bahasa, sistem pengetahuan, sistem organisasi sosial, sistem teknologi,
sistem mata pencaharian, sistem religi, dan kesenian). Keseluruhan sistem
tersebut dinamakan kebudayaan (Koentjaraningrat, 1990:98). Seni mempunyai usia yang lebih kurang sama
dengan keberadaan manusia di muka bumi ini. Dalam usia yang sangat tua, seni
telah menjadi bagian dari sejarah kehidupan budaya manusia di berbagai belahan
bumi, dengan beraneka macam bentuk dan jenis. Ide terpenting dalam sejarah
estetika filsafati sejak zaman Yunani Kuno sampai abad 18 ialah masalah yang
berkaitan dengan keindahan (beauty). Persoalan yang digumuli oleh
para filsuf ialah "Apakah keidahan itu?". Menurut asal katanya,
"keindahan" dalam perkataan bahasa Inggris: beautiful (dalam
bahasa Perancis beau, sedang Italia dan Spanyol bello yang
berasal dari kata Latin bellum. Akar katanya adalah bonum yang
berarti kebaikan, kemudian mempunyai bentuk pengecilan
menjadi bonellum dan terakhir dipendekkan sehingga ditulis bellum. Menurut
cakupannya orang harus membedakan antara keindahan sebagai suatu kwalita
abstrak dan sebagai sebuah benda tertentu yang indah. Untuk perbedaan ini dalam
bahasa Inggris sering dipergunakan istilah beauty (keindahan)
dan the beautifull (benda atau hal yang indah). Dalam pembahasan
filsafat, kedua pengertian itu kadang-kadang dicampuradukkan saja.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber: e-book ini diunduh
dari pendidikan seni rupa dan kerajinan stkip madiun
Tidak ada komentar:
Posting Komentar